Kamis, 15 September 2011

Honestly, I miss U Mr.Cho

Honestly, I Miss U Mr.Cho

Kenangan itu teringat kembali di benakku. Setiap kali aku mengunjungi taman ini aku pasti teringat dengan kenangan yang sangat menyakitkan itu. Kenyataan yang tak bisa terelakkan, bahwa dia telah meninggalkanku untuk selama-lamanya. Dia orang yang selalu menyemangatiku ketika aku merasa lelah dengan semua yang ku jalani. Dia orang yang selalu mengingatkankanku akan mimpi-mimpi yang selama ini ku rangkai. Dia orang yang selalu membuatku terpana dengan kelakuannya yang ajaib. Dia adalah seseorang yang selalu kucintai sampai saat ini, meskipun sudah 3 tahun dia meninggalkanku. Aku menangis di tengah lamunanku akan masa-masa saat itu.

“Ya! Apa-apaan kau ini, kau kira hanya kau yang tampan di dunia ini?” saat dia memamerkan ketampanannya di hadapanku, sebenarnya sih lebih ke sisi kenarsisannya.

“Memang. Kau kan juga mengakuinya selama ini, benarkan? Hehe.” Balasnya dengan muka yang masih seolah-olah dialah makhluk tertampan di dunia.

“Terserah kaulah. Aku tak ingin membahasnya.” Ucapku. Aku pun langsung beralih ke tumpukan tugasku yang ada di atas meja, tanpa menghiraukannya lagi. Memang akhir-akhir ini kami banyak mendapat tugas, yah mungkin karena kami kelas 3 yng sebentar lagi akan menghadapi UN.

“Kau sedang mengerjakan apa? Mau ku bantu?” tanyanya kemudian.

“Tak perlu, kau kan lagi asyik memuji ketampananmu sendiri.” Balasku singkat.

“Ayolah, Min ah seharusnya kau bersyukur memiliki pacar yang tampan seperti aku ini.”

“Ah!!! Sudahlah, aku sudah terlalu bosan mendengar ucapan itu Tuan Marcus.”

“Baiklah, baiklah. Tapi niatku untuk membantumu itu tulus lho.”

“Oke. Bantu aku mengerjakan ini. Aku masih bingung bagaiman cara mengerjakannya.”

“Sini, mendekatlah aku akan mengajarkannya untukmu.” Katanya sambil menarik kursi yang ada di sebelahnya. Aku pun langsung bangkit dan mendekatinya. Dia menjelaskan dengan sangat jelas, kurang dari satu jam tugas matematika sudah selesai semua. Wah, sangat beruntungnya aku mempunyai pacar sepintar dia, hahaha. Tapi aku tersadar bagaimana caraku nanti untuk menggapai cita-citaku nanti jika aku sangat tergantung padanya, yah meskipun aku tidak bisa di bilang murid yang biasa-biasa saja, tapi hal itu tetap saja sering menganggu. Kadang aku sedikit goyah, dan memutuskan untuk tidak mengejar mimpiku.

“Menurutmu, apakah aku akan bisa menggapai mimpiku untuk menjadi seorang dokter?” tanyaku setelah kami selesai mengerjakan tugas-tugasku tadi.

“Asalkan kau berusaha tidak ada yang tidak mungkin Min ah.” Jawabnya singkat.

“Tapi, kadang kali aku berpikir untuk menghapus hal itu. Karena aku merasa aku tidak sanggup menghadapinya. Kadang kali aku berpikir apakah otakku nanti mampu menerimanya? Apakah aku akan stress apabila aku tak bisa mewujudkannya? Banyak sekali pertanyaan yang seringkali datang.”

“Kau tak boleh seperti itu. Aku yakin kau pasti bisa, bukankah itu mimpi sejak dulu. Membantu menyembuhkan penyakit orang-orang yang kurang mampu dan mengabdi pada negara sebagai dokter, bukankah itu mimpimu? Kalau iya, mengapa kau harus menyerah dalam mewujudkannya? Aku akan selalu medukungmu, meski apapun yang akan terjadi padamu nanti Min ah.”

“Baiklah, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk mewujudkannya. Thank’s Mr. Cho.”

“Sama-sama Mrs. Min.”

Tiba-tiba nafasnya tersengal-sengal, kelihatan sekali bahwa dia sangat sulit bernafas. Aku yang melihat perubahan sikapnya langsung panik.

“Kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?” Tanyaku.

“Ti...dak...a...ku...ti...dak...ap...a...a...pa.” Jawabnya tersendat-sendat.

“Apanya yang tidak apa-apa, untuk ngomong saja kau susah. Apa asmamu kambuh, aku ambilkan obatnya dulu ya. Tunggu sebentar.” Dia hanya mengangguk saat aku bangkit untuk mengambilkan obatnya. Dia seringkali menitipkan obatnya kepadaku. Karena asmanya sering kali kambuh di mana saja aku sering kali membawa obatnya kemana saja kalau kami bepergian, lagipula dia juga sering lupa akan penyakitnya sehingga akulah yang sering mewanti-wantinya. Setelah mendapatkan obatnya aku segera mengambil air di dapur. Saat aku menghampirinya dia sudah mulai lebih tenang di banding sebelumnya. Saat pertama kali dia menitipkan obatnya kepadaku, aku bingung dan bertanya apakah ada obat asma sebanyak ini? Dia hanya berkata tidak tau. Lama-kelamaan pertanyaan itu hilang dengan sendirinya.

“Apakah aku terlalu lama?” Tanyaku.

“Tidak juga. Mana obatnya?” Ucapnya. Aku menyerahkan obatnya beserta air minum yang kuambil tadi. Setelah dia selesai meminumnya, dia kelihatan lebih tenang.

“Min ah, apakah besok kau ada acara atau sibuk?” Tanyanya.

“Tidak. Memangnya kenapa? Tumben kau menanyakan itu.” Jawabku.

“Aku ingin jalan-jalan denganmu besok. Kau mau kan?”

“Tapi, apa kau tidak apa-apa? Bukankah tadi asmamu kambuh.”

“Aku sudah tidak apa-apa. Bagaimana mau kan?”

“Oke. Jam berapa?”

“Jam 8 pagi aku jemput. Oke?”

“Sip.”

Tak berapa lama dia pamit pulang. Aku pun merapikan tugas-tugasku yang berhamburan di atas meja tamuku itu. Tapi, aku pun mulai berpikir lagi kenapa dia tiba-tiba mengajakku pergi jalan-jalan. Selama ini kami sangat jarang sekali pergi keluar untuk jalan-jalan, waktu 2 tahun berpacaran dengannya hanya di habiskan di perpustakaan, toko buku dan taman itu saja. Taman itu adalah salah satu pengecualian, karena taman itulah kami bertemu dan hingga sekarang ini. Taman yang penuh kenangan itu selama ini selalu kami kunjungi setiap seminggu sekali sehabis kami pulang sekolah, dari toko buku langganan kami ataupun sehabis menemaninya membeli CD games terbaru.

***

Keesokkan harinya, aku mulai bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan bersamanya. Untuk pakaian aku tidak suka yang berlebihan, yang ada kalau aku memakai yang tidak-tidak dia pasti mentertawakanku. Setelah selesai dengan pakaianku aku menyiapkan apa yang akan ku bawa yang pasti ku bawa adalah obat asmanya, handphone, kamera karena kami termasuk orang-orang yang narsis, dan dompet.

Tak berapa lama kemudian dia datang menjemputku. Dia hanya tersenyum dan menyuruhku masuk. Tidak biasanya dia berlaku manis seperti ini. Aku jadi merasa aneh dengan sikapnya. Saat di perjalanan aku tidak tahan lagi untuk menanyakannya.

“Ya, Mr.Cho!!! Apa kau baik-baik saja? Tumben sekali kau berlaku seperti itu.” Ucapku blak-blakan.

“Apa aku tidak boleh berlaku seperti itu kepada pacarku sendiri Mrs.Min?” Tanyanya balik.

“Tidak juga sih. Tapi hanya aku merasa kau lain dari biasanya.”

“Aku hanya ingin hari ini menjadi hari yang paling berkesan bagi hubungan kita.” Katanya menggantung.

“Apa maksudmu? Seperti kau ingin pergi jauh saja.”

“Tidak. Aku hanya ingin membuat kenangan yang romantis bersamamu walau hanya satu hari.”

“Kau ini aneh sekali hari ini. Apa kau sakit?”

“Diamlah. Kau hanya perlu diam dan menikmati hari ini.” Jawabnya dengan nada yang menakutkan. Aku sudah tau kalau nada suaranya seperti itu berarti dia tak ingin dilawan lagi.

Ternyata dia malah membawaku ke sebuah villa yang yah tidak bisa dikatakan biasa saja. Aku curiga untuk apa dia membawaku kesini.

“Untuk apa kau membawaku ke sini?” Tanyaku dengan tatapan curiga.

“Untuk memperlihatkan kepadamu seberapa kayanya diriku. Memangnya kau kira untuk apa? Apa jangan-jangan kau berpikir yang tidak-tidak, hah?” Tanyanya sambil menyipitkan matanya mencari kebenarannya di mataku.

“Aish, hanya dalam mimpimu saja Mr.Cho. Kau tak perlu memamerkan apapun kepadaku, karena aku tak tertarik pada laki-laki yang mempunyai banyak harta saja.”

“Aku tahu itu. Sebenarnya tujuanku kesini bukan hanya itu saja. Aku hanya ingin memperlihatkanmu tempat rahasia yang hanya aku ketahui sendiri saja tempat itu ada di belakang villa ini.

“Memangnya tempat seperti apa sih? Pakai rahasia-rahasian segala.”

“Kau harus menutup matamu dulu. Ini pakai ini.” Katanya sambil menyulurkan penutup mata.

“Kau tidak akan mendorongku ke jurang kan? Kenapa aku harus menutup mataku ini?”

“Pakailah.” Suruhya dengan nada yang seakan-akan ingin menerkamku hidup-hidup. Dan sialnya lagi aku tak bisa mengelaknya lagi kalau dia sudah begitu. Aku pun langsung memakai penutup mata itu.

“Pegang tanganku.” Katanya lagi.

Setelah berjalan beberapa saat, kami pun berhenti. Setelah itu dia menyuruhku untuk melepas penutup mataku. Dan benar saja tempat rahasia ini sangat indah. Berhadapan langsung dengan lembah gunung yang masih asri dengan warna hijaunya yang di sekelilingnya ditumbuhi bunga mawar berwarna putih. Dan dari kejauhan terlihat ada tikar piknik di tengah-tengah lembah itu.

“Woah!!! Kau keren sekali. Dari mana kau tau ada tempat seindah ini?” Tanyaku sambil masih mengagumi tempat ini.

“Sejak kecil, aku sudah sering sekali ke sini. Setiap kali aku berkunjung ke villa nenekku ini aku pasti selalu ke sini. Dan aku berjanji akan membawa orang yang kucintai ke sini. And, you know? It’s you.” Katanya sambil menarikku ke pelukannya. Belum sempat aku menjawab kata-katanya, dia langsung memotongnya.

“Kau harus berjanji padaku. Kalau kau akan makan, minum dan hidup dengan baik, meskipun itu tanpa aku. Aku berjanji di manapun nanti aku berada aku pasti akan selalu menjagamu. Kau tau karena apa? Ya, karena aku mencintaimu sampai kapanpun meski maut akan memisahkan kita nanti. Dan maukah kau berjanji sekali lagi bahwa kau akan selalu mencintaiku di mana pun kau akan berada nanti?” Ucapnya yang membuat aku sedikit shock. Aku melepaskan pelukannya.

“Apa maksudmu tadi? Memangnya kau akan meninggalkanku kemana? Bukankah kau pernah berjanji tidak akan meninggalkanku sendirian? Kenapa kau berkata seperti itu?” Cercaku dengan pertanyaan yang beruntun.

“Tidak. Bukan itu maksudku aku hanya ingin kau berjanji padaku. Dan aku pasti akan menepati janjiku itu, untuk tidak meninggalkanmu sendirian. Tapi, maukah kau berjanji padaku tentang hal tadi?”

“Baiklah aku berjanji. Tapi kau harus menepati janjimu juga Mr.Cho!”

“Aku berjanji.” Ucapnya dan langsung memelukku lagi.

“Aku mencintaimu Mrs.Min!”

“Aku juga mencintaimu Mr.Cho.” Tapi setelah ucapanku tadi pelukannya melemah dan nafasnya tidak terasa lagi di punggungku. Aku pun mulai panik.

“Ya!!! Kau kenapa?” Ketika ku lepaskan pelukannya dia terjatuh ketanah. Aku semakin panik. Dan langsung mengambil handphonenya mencari telepon yang ku kira penting untuk sekarang ini. Dan aku menemukannya, Dr.Kim. Aku langsung menelpon dokter itu sambil mencoba membangunkan si Marcus. Ternyata Dr.Kim sedang berada di dekat villa ini jadi dia menyuruhku untuk menunggunya sebentar. Tidak berselang beberapa menit Dr.Kim datang dan langsung memeriksa Marcus. Mukanya langsung pias setelah memeriksa Marcus.

“Kenapa dia dok? Apa dia baik-baik saja?” Tanyaku.

“Sepertinya dia sudah tidak ada lagi, sebaiknya kamu memanggil ambulance.” Jawab dokter itu, yang membuatku shock setengah mati.

“Itu tidak mungkin dok! Itu tidak mungkin, dokter pasti salah!” Aku tidak percaya dengan dokter itu.

“Baiklah, saya saja yang akan menelepon ambulancenya.”

“Ya!!! Mr.Cho bangunlah, kau tidak mati kan? Bukankah baru saja kau berjanji padaku? Kenapa cepat sekali kau tidak menepati janjimu itu?” Tak lama berselang bunyi ambulance terdengar di kejauhan. Dan beberapa petugas yang datang langsung mengangkatnya ke dalam ambulance. Aku mengikutinya masih dengan rasa shock.

Meskipun logika masih jalan dengan menyadari kalau dia sudah meninggal. Tapi tetap saja perasaanku masih menolak hal itu.

Setelah beberapa jam, aku masih menungguinya di ruang otopsi. Aku baru tahu kalau Marcus selama ini mengidap penyakit pneumothorax, dia membohongiku dengan berkata kalau dia hanya menngidap penyakit asma biasa saja. Aku memarahinya di sela-sela tangisku. Hingga Dr.Kim datang menyerahkan surat yang katanya dari Marcus. Aku pun keluar ruangan tersebut untuk membaca surat tersebut. Surat yang ditulis tangan sendiri olehnya.

Mrs. Min....

Aku tau setelah kau membaca ini mungkin aku sudah tidak ada lagi di dunia ini

Aku tau kau pasti sangat marah padaku karena aku tidak menepati janjiku

Aku tau kau pasti sangat marah padaku karena membohongimu tentang penyakit asma itu

Aku hanya tak mau khawatir dengan keadaanku yang sebenarnya

Aku hanya ingin meminta maaf karena aku tidak bisa menepati janji ku untuk tidak meninggalkanmu sendirian

Tapi aku akan menepati janjiku untuk menjagamu selamanya meskipun kita sekarang di dunia yang berbeda aku pasti akan selalu menjagamu

Ingat aku pasti memenuhinya

Dan satu lagi yang kau perlu tau dan selalu kau ingat

Selamanya aku akan tetap mencintaimu.....

Marcus Cho (Mr.Cho)

***

Karena surat singkat itulah sampai sekarang aku masih mencintainya. Dan selalu teringat meskipun sudah 3 tahun yang lalu. Aku tidak tahu kapan aku akan membuka cinta yang baru, tetapi untuk saat ini mungkin aku tidak akan membukanya karena hatiku masih dipenuhi oleh orang itu. Honestly, i miss you Mr.Cho.